Filsafat
Menggoncang Pikiran
Dalam filsafat,
diriku ya diriku, dan dirimu ya dirimu. Belajar filsafat harus banyak membaca.
Sebenar-benar filsafat adalah pikiran. Di bawah filsafat itu ada psikologi
wacana. Psikologi sendiri itu bisa bermacam-macam, bisa psikologi terapan, atau
yang lainnya. Pada psikologi wacana kita bisa menggali potensi-potensi apa yang
baik untuk diri kita dan baik untuk diri orang lain. Bisa berawal dari yang
paling sederhana saja, misalnya nama. Kita bisa memaknai nama kita sendiri. Orang
yang berpendidikan, orang yang mengerti masa depan, orang yang mengerti adat
itu membuat nama pasti punya maksud, punya aturan, dan tidak sembarangan atau
tidak asal. Tidak hanya sekedar mencari sesuatu yang fenomenal. Ada pula
nama-nama yang sensasional, tapi itu menentang arus, menentang kebenaran, dan
menentang nurani. Itu semua menyangkut tentang etik dan estetika.
Filsafat itu
berbeda dengan matematika, jika dalam matematika yang tadinya tidak paham
berubah menjadi paham, tetapi sebaliknya, dalam filsafat yang tadinya paham
justru menjadi tidak paham. Jika sudah pasti justru sulit belajar filsafat,
maka belajar.
Belajar filsafat adalah membongkar sesuatu yang sudah jelas di dalam pikiran
manusia. Terjadi goncangan di dalam pikiran itu tidaklah begitu masalah, tapi
janganlah terjadi goncangan di dalam hati. Sedikit saja ada goncangan di dalam
hati itu datangnya dari syaiton/setan. Filsafat apabila ditingkatkan adalah
spiritual. Semuanya itu adalah spiritual, padahal filsafat itu ya semuanya,
termasuk filsafat spiritual. Filsafat spiritual itu adalah memikirkan perasaan.
Spiritual itu adalah perasaan, hati, doa, kuasa Tuhan, tidak cukup hanya dengan
pikiran. Tetapi kita perlu ilmu dan berpikir untuk mengisi spiritual.
Prinsip-prinsip spiritualitas sebagian juga berlaku di dalam filsafat, misalnya
dalam kehidupan sehari-hari bahwa mausia itu tidak boleh sombong. Sombong itu
adalah godaan setan, dimana sombong itu tertutup dan merasa bisa. Simbol dari
kesombongan itu adalah aku dan keakuan, maka Tuhan itu sangat benci pada
kesombongan. Sombong itu bisa sadar dan tidak sadar, karena bisa saja karena
sudah terbiasa dan memang tabiatnya.
Belajar
berfilsafat adalah memposisikan diri dan mendudukan kembali kesadaran manusia
yang sudah merasa mengerti sebetul-betulnya hanya sebagian. Persoalan hidup
yang utama filosofis adalah dikarenakan manusia tidak paham keseluruhan,
manusia hanya paham sebagian. Maka parsialitas hidup sebagian itu adalah tempat
godaan setan
terhadap manusia melalui sifat manusia yang tidak sempurna yaitu berbicara
parsial, memikirkan parsial, dan mendengarkan parsial. Kebanyakan pikiran
manusia terperangkap di dalam mitos. Mitos merupakan lawan dari logos. Logos
itu berpikir atau berfilsafat. Sehingga mitos dapat disimpulkan tidak berpikir.
Maka sebenar-benarnya hidup adalah mitos dan logos. Naik
ketingkat spiritual, mitos bukanlah mitos tetapi keyakinan yang harus diterima
dalam yakin kita. Salah ruang dan salah waktu atau mempelajari filsafat
sepenggal-sepenggal bisa berbahaya karena bisa berbeda makna. Filsafat tidak
bisa dipadatkan dan dipercepat.
Tidak setuju
dengan filsafat adalah berfilsafat. Anti filsafat itu filsafat. Filsafatnya
dalah antifilsafat. Karena tidak mau berpikir maka juga berpikir. Alat yang
dipakai untuk belajar filsafat adalah bahasa analog. Bahasa analog merupakan
bahasa metafisik, dimana metafisik itu ialah maksudnya ada dalam makna
sebaliknya. Jadi yang kita lihat, dengar dan rasakan itu merupakan kualitas
pertama, sedangkan metafisik merupakan kualitas kedua, ketiga, dan seterusnya.
Sampai kapan ? tidak akan berakhir, ini yang dinamakan dengan infinitrigres.
Misalnya hati, hati bisa bermakna doa, spiritual, kuasa tuhan. Berfilsafat
harus dipikiran dulu. Setelah itu boleh di hati. Pikiran berada disetiap yang
ada yang bisa dipikirkan. Contoh sedang memikirkan orang tua maka pikiran
sedang di orang tua. Pikiran ada disetiap objek pikir yang bisa dipikirkan. Hati
ada di setiap titik yang bisa dirasakan.
Metode berpikir
filsafat adalah mendalam-dalamkan sampai sedalam-dalamnya. Tidak bisa
terjangkau lagi oleh pikiran walaupun sangat kecil dan sangat ringan bagi orang
lain. Memperluas seluas-luasnya sampai tidak mampu menjangkaunya dalam pikiran
walau bagai orang lain sangat sempit karena filsafat itu dirimu. Filsafat itu
bacaanmu. Filsafat itu kata-katamu. Filsafat itu penjelasanmu. Sebenar-benarnya
diam, sebenarnya tidak diam. Diam absolut hanya milik Allah SWT.
Sebenar-benarnya manusia hanya bisa berikhtiar dan berusaha diam tapi tidak
akan bisa diam. Orang mati juga tidak bisa diam karena hanya menumpang pada
bumi dan bumi bergerak. Sehingga mayat-mayat seperti melakukan perjalanan
berputar pada poros bumi dan mengelilingi matahari. Jika mayat-mayat diam
justru semakin menjauh dari kita karena kita yang berjalan. Ketika pulang
melewati kuburan kemudian melewatinya lagi dilain hari, artinya membersamai
melakukan perjalanan berputar pada poros bumi dan mengelilingi matahari.
Terkadang bahasa
tidak akan mampu mencerminkan pikiran, maka terkadang pikiran saja tidak
terlalu lengkap apalagi bahasa ada yang disadari, tidak disadari,
sepenggal-penggal dan sebagainya. Sehingga hal tersebut bisa memberikan suatu
makna berbeda terhadap apa yang
dimaksudkan, maka dari itu akan menimbulkan suatu pelecehan. Pelecehan agama
itu terjadi jika tidak menerapkan dalil-dalil sesuai dengan ruang dan watunya,
maka apalah daya pikiran kita dalam memikirkan agama, hal tersebut hanya bisa
kita rasakan ketika kita berdoa. Namun ketika berdoa, apakah kita mengerti
maksud semua dari doa? Sebagian doa yang kita hafal itu, ada yang kita
tidakpahami artinya. Tidak paham itu artinya pikiran, tetapi kenapa kita
laksanakan sedangkan kita disini tidak memahaminya. Alasannya karena punya hati
yang memilikki keyakinan. Jadi walaupun aku tidak paham aku memiliki sebuah
keyakinan bahwa dengan membaca doa ini akan diridhoi oleh Tuhan. Doa yang
paling tinggi adalah memanggil/menyebut nama Tuhan. Jika satu saja doamu
didengar oleh Tuhan maka kamu masuk kedalam kapsulnya Tuhan. Dan jika kamu
berada didalam kapsulnya Tuhan, maka aman dan selamatlah hidupmu di dunia dan
akhirat.