BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Persoalan hidup yang utama filosofis adalah
dikarenakan manusia tidak paham keseluruhan, manusia hanya paham sebagian.
Sehingga untuk meminimalisir persoalan-persoalan kehidupan yang lebih banyak,
naluri kita untuk terus belajar dan memahmi ilmu pengetahuan secara menyeluruh
pasti ada. Perkembangan ilmu telah banyak pengaruhnya bagi kehidupan manusia,
berbagai kemudahan hidup telah banyak dirasakan, semua ini telah menumbuhkan
keyakinan bahwa ilmu merupakan suatu sarana yang penting bagi kehidupan, bahkan
lebih jauh ilmu dianggap sebagai dasar bagi suatu ukuran kebenaran.
Sudah jadi pendapat umum bahwa filsafat adalah induk
atau Ibu dari segala macam jenis ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa ilmu pengetahuan itu pada mulanya hanya ada satu yaitu filsafat.
Akan tetapi, karena filsafat yang mempersoalkan hal-hal yang umum abstrak, dan
universal, maka filsafat semakin tidak mampu menjawab persoalan-persoalan hidup
yang semakin konkrit, positif, praktis, dan pragmatis. Kenyataan tersebut
adalah wajar, karena memang filsafat hanyalah berkepentingan untuk menjawab
pertanyaan seperti apa Pertanyaan ini memerlukan jawaban yang
bersifat global, menyeluruh, dan abstrak universal pengetahuan demikian sudah
barang tertentu tidak akan mampu secara langsung menjawab tuntutan hidup
sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan yang demikian itu, maka diperlukan adanya
ilmu pengetahuan praktis teknis yang secara langsung dapat memproduksi
bahan-bahan kebutuhan tersebut.
Filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan
pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya,
pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian
tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang tercakup dalam bidang
ontologi, epistemologi, dan aksiologi dengan berbagai pengembangan dan
pendalaman yang dilakukan oleh para ahli.
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu
makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah kehidupan
yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk
menjawabnya. Dalam mempelajari filsafat tentu dibutuhkan olah pikir yang baik
untuk memahami filsafat itu sendiri. Karena pada umumnya kajian dalam filsafat
bukan hal-hal yang bersifat umum. Ada banyak sekali bidang pengetahuan yang
dibahas di dalam filsafat tanpa terkecuali matematika. Matematika merupakan ilmu
pasti yang kebanyakan orang menganggap bahwa matematika itu sulit. Lalu
bagaimana dengan memahami filsafat matematika ? tentu bagi sebagian orang awam
akan merasa bahwa filsafat matematika itu adalah gabungan dari dua hal yang
sama-sama sulit untuk dipahami.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud filsafat dalam pendidikan matematika ?
2. Bagaimana
kesulitan memahami filsafat pendidikan matematika ?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan
pembahasan filsafat dalam pendidikan matematika.
2. Untuk
mengetahui kesulitan dalam memahami filsafat pendidikan matematika.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Filsafat Pendidikan Matematika
1.
Filsafat Matematika
Matematika berasal dari bahasa Yunani: mathematikos yaitu ilmu pasti, dari
kata mathema atau mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan, atau ilmu
pengetahuan. Istilah Matematika
menurut bahasa Latin (manthanein atau mathema) yang berarti
belajar atau hal yang dipelajari, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan
filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika . Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan
metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam
kehidupan manusia. Bidang pengetahuan yang disebut filsafat matematika adalah
hasil pemikiran filsafati yang sasarannya ialah matematika itu sendiri. Filsafat
dan matematika sudah tidak diragukan lagi bahwa sejak dulu sampai sekarang
kedua bidang pengetahuan ini sangat erat hubungannya.
Filsafat matematika
merupakan bidang pengetahuan yang sangat luas. Perincian problem-problem dan
ruang lingkup filsafat ilmu dalam penerapannya terhadap filsafat matematika
dapat dan perlu diterbitkan sehingga tercipta skema yang lebih sistematis dan
memungkinkan pembahasan selanjutnya yang lebih jelas. Perincian bidang filsafat
matematika yang dapat dikemukakan dan diharapkan lebih sistematis mencakup
beberapa bagian sebagai berikut :
a.
Epistemologi matematik
Epistemologi matematik adalah teori
pengetahuan yang sasaran penelaahannya ialah pengetahuan matematik.
Epistomologi sebagai salah satu bagian dari filsafat merupakan pemikiran
reflektif terhadap berbagai segi dari pengetahuan seperti kemungkinan, asal-mula,
sifat alami, batas-batas, asumsi dan landasan, validitas dan reliabilitas
sampai kebenaran pengetahuan. Dengan demikian landasan matematik merupakan
pokok soal utama dari epistemologi matematik.
b.
Ontologi matematik
Ontologi pada akhir-akhir ini dipandang
sebagai teori mengenai apa yang ada. Hubungan antara pandangan ontologis (atau
metafisis) dengan matematik cukup banyak menimbulkan persoalan-persoalan yang
dibahas oleh sebagian filsuf matematik. Dalam ontologi matematik dipersoalkan
cakupan dari pernyataan matematik (cakupannya suatu dunia yang nyata atau
bukan). Pandangan realisme empirik menjawab bahwa cakupan termaksud merupakan
suatu realitas. Eksistensi dari entitas-entitas matematik juga menjadi bahan
pemikiran filsafati. Terhadap problim filsafati ini pandangan Platonisme
menjawab bahwa titik dan garis yang sesungguhnya terdapat dalam dunia
transenden yang kini hanya diingat oleh jiwa manusia di dunia ini, sedang
konsepsi Aristotelianisme mengemukakan bahwa entitas-entitas itu sungguh ada
dalam dunia empirik tetapi harus disuling dengan abstraksi. Suatu hal lagi yang
merupakan problim yang bertalian ialah apakah matematik ditemukan oleh manusia
atau diciptakan oleh budinya. Pendapat yang menganggap matematik sebagai suatu
penemuan mengandung arti bahwa aksioma-aksioma matematik merupakan kebenaran
mesti (necessary truth) yang sudah lebih dulu di luar pengaruh manusia.
c.
Aksiologi matematik
Aksiologi matematika terdiri dari etika
yang membahas aspek kebenaran, tanggung jawab dan peran matematika dalam kehidupan,
dan estetika yang membahas mengenai keindahan matematika dan implikasinya pada
kehidupan yang bisa mempengaruhi aspek-aspek lain terutama seni dan budaya
dalam kehidupan. Aksiologi matematika sangat banyak memberikan kontribusi
perubahan bagi kehidupan umat manusia di jagat raya nan fana ini. Segala
sesuatu ilmu di dunia ini tidak bisa lepas dari pengaruh matematika. Dari segi
tehnis, matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan
teknologi. Dengan matematika, peradaban manusia berkembang dari peradaban yang
sederhana dan bersahaja menjadi peradaban modern yang bercorak ilmiah dan
tehnologis.
2.
Pendidikan Matematika
Pendidikan matematika, yang dalam konteks ini disebut
dengan matematika sekolah adalah matematika yang umumnya diajarkan di jenjang
pendidikan formal dari SD sampai dengan tingkat SMA. Tidak termasuk tingkat
perguruan tinggi karena di perguruan tinggi matematika didefinisikan dalam
konteks matematika sebagai ilmu (matematika murni).
Tujuan pendidikan matematika hendaknya mencakup
keadilan sosial melalui pengembangan demokrasi pemikiran kritis dalam
matematika. Siswa seharusnya mengembangkan kemampuan yang mereka miliki untuk
menganalisis masalah matematika. Pendidikan matematika hendaknya dapat
menguatkan siswa, hal ini berarti siswa berfikir matematika dalam kehidupan
sehari-hari serta mampu menggunakannya sebagai praktik penerapan matematika.
Kemampuan siswa yang ditumbuhkan dalam mempelajari
matematika terutama matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika
yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi
serta berpandu kepada perkembangan IPTEK. Bagian-bagian tersebut terdiri dari
objek-objek pembelajaran matematika sekolah baik berupa objek langsung maupun
objek tak langsung. Adapun objek langsung pembelajaran matematika sekolah
terdiri atas empat hal, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Dan
objek tak langsungnya antara lain adalah disiplin diri, kemahiran matematika,
apresiasi terhadap matematika, dan berpikir secara matematika, yaitu logis,
rasional, dan eksak.
3.
Hubungan antara Filsafat dengan Pendidikan
Matematika
Filsafat matematika mencakup ontologi dan
epistemologi. Ontologi menyangkut hakekat matematika, apakah hakekat yang ada
dibalik matematika. Sedangkan secara epistemologi adalah berkaitan dengan
bagaimana cara menjawab pertanyaan mengenai matematika, cara memperoleh dan
menangkap permasalahan dalam matematika.
Pendidikan matematika mengacu pada masalah belajar dan
mengajar. Terhadap pembelajaran dalam pendidikan matematika, pemikiran filsafat
memiliki peran yang sangat penting. Filsafat turut berperan dalam menciptakan
suatu pembelajaran matematika yang memungkinkan para siswa untuk membangun
logika pikirnya serta membangun pengetahuan matematikanya.
B. Kesulitan dalam Memahami Filsafat Pendidikan Matematika
Dalam pembelajaran matematika sejak dini
siswa sudah di didik untuk menggunakan logika sehari-hari yang tentunya akan
menjadi lebih mudah bagi siswa dalam menerima dan memahami pelajaran
matematika. Penyampaian materi pelajaran matematika menjadi sangat menarik dan
lebih diutamakan dengan bimbingan guru. Dengan ini siswa mampu menemukan konsep
dan rumus-rumus matematika dasar sehingga siswa sangat menyukai dan menumbuhkan
semangat eksplorasi dunia angka, bilangan dan konsep matematika yang lebih
rumit.
Anak dari berbagai usia berfikir sesuai
dengan tingkat usianya. Matematika adalah subjek ideal yang mampu mengembangkan
proses berpikir anak dimulai dari usia dini, usia pendidikan kelas awal
(pendidikan dasar), pendidikan menengah, pendidikan lajutan dan bahkan sampai
mereka berada di bangku perkuliahan. Hal ini diberikan untuk mengetahui dan memakai
prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari baik itu mengenai perhitungan,
pengerjaan soal, pemecahan masalah kehidupan di lingkungan sekolah ataupun di
lingkungan masyarakat.
Matematika merupakan cabang mata
pelajaran yang luas cakupannya dan bukan hanya sekedar bisa berhitung atau
mensubtitusikan ke rumus saja tetapi mencakup beberapa kompetensi yang
menjadikan siswa tersebut dapat memahami dan mengerti tentang konsep dasar
matematika. Belajar matematika juga membutuhkan kemampuan bahasa, untuk bisa
mengerti soal-soal atau mengerti logika, juga imajinasi dan kreativitas. Dan
sekiranya dipergunakan dalam lingkungan sekolah , yaitu antara guru dan siswa
maka kuncinya adalah mengambil contoh dalam hidup sehari-hari dan dibuat
semenarik mungkin.
Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari
semua yang ada di dunia ini. Filsafat mempunyai cakupan yang sangat luas,
sehingga banyak sekali yang dapat kita pelajari di dalam filsafat. Ketika kita
melakukan aktifitas sehari-hari, kita tak luput dari belajar tentang filsafat.
Filsafat yang dibahas di pendidikan yang lebih tinggi, misalnya di perguruan
tinggi bersifat lebih khusus. Misalnya dalam pendidikan matematika, filsafatnya
adalah filsafat pendidikan matematika. Selain itu berfilsafat adalah berpikir
dalam koridor spiritual, etik dan estetika. Setinggi-tinggi orang berfilsafat
adalah sopan santun terhadap ruang dan waktu. Dalam filsafat yang kita pelajari
mencakup yang ada dan yang mungkin ada.
Dengan hakekat matematika sekolah
tersebut diharapkan siswa akan dapat membangun matematikanya sendiri. Siswa
dituntut untuk lebih kreatif dan aktif dalam proses pembelajaran sehingga guru
hanya berperan sebagai pendamping dalam pembelajaran, sedangkan siswa
mengkonstruksikan matematikanya sendiri. Dengan penerapan filsafat dalam
pembelajaran di sekolah, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan
efektif dan efisien. Filsafat memberikan keuntungan bagi guru dan juga siswa.
Bagi guru, dengan adanya pelajaran filsafat, maka guru akan lebih memahami
karakter dari siswa-siswanya. Belajar filsafat adalah berpikir, sehingga guru
dapat mengetahui sejauh mana pola pikir siswa-siswanya dalam memahami
matematika. Pada pelajaran filsafat, pendidikan karakter juga tercakup di
dalamnya. Pendidikan karakter meliputi material, formal, normatif dan
spiritual. Dan dalam pembelajaran di sekolah, keempat faktor tersebut merupakan
salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di sekolah.
Dalam pendidikan matematika, belajar
filsafat adalah belajar pikiran para filsuf. Dengan kita mempelajari pikiran
para filsuf, kita akan memahami tentang filsafat itu. Namun disinilah letak
kesulitan kita untuk memahami filsafat pendidikan matematika itu sendiri.
Dengan keberagaman pendapat dan juga pemikiran para filsuf kita dituntut untuk
menemukan hubungan-hubungan dan irisan dari pemikiran-pemikiran atau pandangan
yang berbeda tersebut. Selain itu, kesulitan lain adalah tingginya kualitas
bahasa yang digunakan dalam filsafat sudah menjadi kesulitan tersendiri bagi
siswa ataupun seseorang yang ingin memahami filsafat pendidikan matematika.
Dalam implementasinya dalam pendidikan matematika, kesulitan dalam memahami
filsafat tentu akan menjadi lebih mudah jika seorang siswa mendapat arahan dari
seorang guru. Guru berperan penting sebagai fasilitator bagi siswa, memberikan
pengejaran yang tetap sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing siswa.
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan matematika mengacu pada masalah belajar dan
mengajar. Terhadap pembelajaran dalam pendidikan matematika, pemikiran filsafat
memiliki peran yang sangat penting. Filsafat turut berperan dalam menciptakan
suatu pembelajaran matematika yang memungkinkan para siswa untuk membangun
logika pikirnya serta membangun pengetahuan matematikanya.
Dengan hakekat matematika sekolah tersebut
diharapkan siswa akan dapat membangun matematikanya sendiri. Siswa dituntut
untuk lebih kreatif dan aktif dalam proses pembelajaran sehingga guru hanya
berperan sebagai pendamping dalam pembelajaran, sedangkan siswa
mengkonstruksikan matematikanya sendiri. Belajar filsafat adalah belajar
pikiran para filsuf. Dengan kita mempelajari pikiran para filsuf, kita akan
memahami tentang filsafat itu. Namun disinilah letak kesulitan siswa untuk
memahami filsafat pendidikan matematika itu sendiri. Namun dari kesulitan yang
muncul bagi siswa tersebut, sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana pola
pikir siswa-siswanya dalam memahami matematika.