Selasa, 23 Desember 2014

Kebudayaan Belitong

Nama saya Rosi Anista, tepat 19 tahun yang lalu saya dilahirkan ditempat yang menurut saya memiliki pantai yang sangat indah.Ya, itu adalah pulau Belitung.Mungkin Kebanyakan dari teman-teman mengenalnya dengan sebutan Negeri Laskar Pelangi.Dalam kesempatan kali ini, saya akan membagikan informasi mengenai Kebudayaan pulau Belitung.


1.   Campak darat dan Campak laut

Campak Darat
Tari campak merupakan tari khas dari masyarakat pulau Belitung yang merupakan tari hiburan bagi semua lapisan masyarakatnya. Tari ini dibawakan oleh dua atau empat orang penari wanita diiringi oleh penari pria secara bergantian. Peria yang ingin turun menari harus meberi imbalan berupa uang yang dicampakan disuatu tempat/kaleng yang disediakan didepan penari wanita, dari sinilah lahir nama campak. Biasanya dalam tarian ini diselingi dengan pantun berbalas diantara penari pria dan wanita sehingga tarian ini akan sangat meriah dan ceria. Sebagai alat pengiring tari campak berupa tawak-tawak, gendang dan biola.
Campak Laut
Tari campak laut oleh masyarakat suku sawang merupakan tarian suka cita yang biasanaya dilaksanakan dalam mengiringi kegiatan upacara ritual muangjong pada setiap tahun. Tarian ini dilaksanakan secara berpasang-pasangan baik tua maupun muda. Tari gembira ini diikuti dengan nyanyian dan diiringi alat music seperti gong dan gendang. Biasanya dilakukan hingga larut malam.
2.   Maras Taun
Maras taun berasal dari kata maras yang berarti meniris (membersikan duri halus) sedangkan taun berasal dari kata tahun. Maras tahun diadakan setiap setahun sekali oleh masyarakat Belitung didesa dan kecamatan sebagai wujudrasa syukur setelah melewati musim panen padi. Maras taun merupakan pertanggung jawaban dukun kampung kepada masyarakat. Ritual utama maras taun adalah: doa awal,  tepong taw bwlitung dan doa penutup. Dalam perayaan ini kita bias menyaksikan kesenian tradisonal khas Belitung seperti tari sepen, nutok lesong panjang dan ngemping
3.   Beripat
         Sejenis pemainan adu ketangkasan derngan mengunakan rotan sebagai alat pemukul. Masing-masing pemain mengandalkan kemampuan menangkis dan memukul punggung lawan. Yang menjadi pemenangnya ditentukan punggung yang paling sedikit akibat sabetan rotan.
Permainnan ini berakhir tanpa menimbulkan dendam diantara sesame pemain. Biasanya sebelum permainan ini dimulai, setiap pemain harus mencari yang disebut nigal yaitu lawin tanding.musik pengiringnya dimeriahkan buyi-bunyian yang terdiri dari music pukul berupa kelinang (gemelan dan gong) serta serunai (alat music tiup) music tersebut dimainkan diatas sebuah bangunan yang tingginya 5 – 6 meter yang disebut balai peregongan.

4.   Lesong Panjang

Lesong panjang adalah nama dari alat dan permainan itu sendiri. Biasanya dimainkan pada saat musim panen padi tiba. Alat utamanya adalah sebuah lesung yang terbuat dari kayu pilihan yang bersuara keras dan jernih. Panjang lesung bervariasi antara 1 – 1,5 meter dengan dia meter 25 cm sampai 30 cm.
Alat untuk memukul lesong dinamakan alu dengan panjang bervariasi dari 75 cm hingga 120 cm dengan dia meter hingga 6 cm lesong dibuat dengan bebagai model dan ukuran sesuai dengan selera pemain.

5.   Perang ketupat Ritual Magis Di Belitung
Ketupat memang identik dengan perayaan lebaran. Makanan ini memang cocok menjadi pendamping opor ayam khas hari raya. Namun siapa sangka di Tempilang, Bangka Belitung ketupat dijadikan alat perang dalam ritual upacara Penimbongan.
Ritual di awali pada malam sebelum perang ketupat dilakukan. Dipimpin oleh 3 dukun Kecamatan Tempilang mereka memberikan sesaji sebagai sesembahan dan makanan makhluk halus diatas rumah-rumahan (penimbong) yang terbuat dari kayu menangor. Secara bergantian para dukun tadi akan memanggil makhluk halus yang menghuni Gunung Mares.
Masyarakat setempat mempercayai bahwa makhluk halus penghuni Gunung Mares memiliki tabiat yang baik dan menjadi penjaga desa Tempilang dari roh-roh jahat. Oleh karenanya pemberian sesajen sebagai bentuk penghormatan sekaligus balas jasa masyarakat Tempilang.
Pagi hari, ritual perang ketupat didahuli oleh tarian pembuka yakni tarian serimbang. Diiringi suara gendang dari enam penabuh dan alunan dawai. Para penari menarikan tarian yang menggambarkan perang terhadap makhluk-makhluk halus yang jahat dan sering mengganggu kehidupan masyarakat.
Setelah selesai tari serimbang, dukun darat dan dukun laut bersatu untuk mengucapkan mantra didepan wadah yang telah berisi ketupat. Beberapa saat setelah melafalkan mantra, dukun darat pun akan tak sadarkan diri. Peristiwa tersebut dipercaya merupakan bentuk komunikasi dukun darat dengan arwah para leluhur. Setelah siuman biasanya dukun darat akan menyampaikan beberapa hal yang menjadi pantangan warga Tempilang.
Setelah ritual selesai, kedua dukun tersebut akan menyiapkan ketupat diatas sehelai tikar pandan. Sepuluh ketupat akan diletakan menghadap ke sisi darat dan sepuluh lainnya menghadap sisi laut. Di sisi lain 20 pemuda yang menjadi peserta perang saling berhadapan membuat dua kubu. Masing-masing menghadap ke laut dan ke darat.
Sebelum perang dimulai, dukun terlebih dahulu akan memberikan contoh. Secara umum, kedua kubu tidak boleh melemparkan ketupat ke arah kepala. Dengan aba-aba peluit dari dukun laut, perang ketupat pun dimulai.
Kedua kubu pun akan saling melemparkan ketupat ke arah lawan. Keadaan kacau dan meriah pun akan mewarnai perang ketupat . Perang akan berakhir ketika dukun laut meniup peluit. Para peserta pun mengakhiri perang ketupat dengan saling berjabat tangan sebagai tanda tidak ada dendam diantara mereka.
6.   Buang Jongi
Buang Jong merupakan salah satu upacara tradisional yang secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat suku Sawang di Pulau Belitung. Suku Sawang adalah suku pelaut yang dulunya, selama ratusan tahun, menetap di lautan. Baru pada tahun 1985 suku Sawang menetap di daratan, dan hanya melaut jika ingin mencari hasil laut.
Buang Jong dapat berarti membuang atau melepaskan perahu kecil (Jong) yang di dalamnya berisi sesajian dan ancak (replika kerangka rumah-rumahan yang melambangkan tempat tinggal). Tradisi Buang Jong biasanya dilakukan menjelang angin musim barat berhembus, yakni antara bulan Agustus-November.
Pada bulan-bulan tersebut, angin dan ombak laut sangat ganas dan mengerikan. Gejala alam ini seakan mengingatkan masyarakat suku Sawang bahwa sudah waktunya untuk mengadakan persembahan kepada penguasa laut melalui upacara Buang Jong. Upacara ini sendiri bertujuan untuk memohon perlindungan agar terhindar dari bencana yang mungkin dapat menimpa mereka selama mengarungi lautan untuk menangkap ikan.
Keseluruhan proses ritual Buang Jong dapat memakan waktu hingga dua hari dua malam. Upacara ini sendiri diakhiri dengan melarung miniatur kapal bersama berbagai macam sesaji ke laut. Pascapelarungan, masyarakat suku Sawang dilarang untuk mengarungi lautan hingga tiga hari ke depan.
7.   Antu Bubu
Antu Bubu adalah permainan menggunakan ilmu hitam dengan peralatan bubu yang diisi roh halus. (Permainan ini mirip Bambu Gila Di AMbon)
  • Antu = Hantu
  • Bubu = Alat penangkap ikan, dibuat dari bilah bambu yang disatukan dengan anyaman tali hingga berbentuk silinder berdiameter 30 sentimeter. Panjang bubu beragam, ada yang 50 sentimeter, ada pula yang hingga 2 meter
Untuk permainan Antu Bubu, bubu dipasangi kepala dari batok kelapa, lantas diselimuti kain kafan, baru kemudian ujung atas kafan diikat. Seorang pawang membaca mantera sambil menaburkan kemenyan ke atas pedupaan, mengasapkannya ke sekeliling bubu untuk meminta roh masuk ke dalam bubu. Begitu pawang memberi isyarat permainan dapat dimulai, lawan yang sudah siap dengan bertelanjang dada/ bersinglet mulai melawan bubu yang sudah berpenghuni ini.

Di tengah lingkaran penonton, seorang laki-laki akan bergelut dengan bubu. Berguling-guling, kadang dia seperti dibanting, ada kalanya laki-laki ini sanggup berdiri, tak lama, terjatuh lagi, berguling lagi. Penonton senyap merasakan keteganggan. Pemain pertama kalah setelah permainan berjalan 5 menit. Dia kerasukan, badannya mengejang, dan dibawa ke pinggir lapangan untuk disadarkan. Pemain kedua dinyatakan kalah akibat kelelahan setelah lebih dari 10 menit bubu tak juga dapat ditegakkan dan jalinan bubu koyak. Bisa menegakkan bubu adalah tanda pemain menang, dan hantu bubu dapat dikalahkan.

8.   Betiong and Begambus

Betiong dan begambus merupakan jenis-jenis musik tradisional yang sering ditampilkan dalam berbagai acara kesenian rakyat di Belitung. Syair yang dinyanyikan biasa berisi petuah-petuah yang dibawakan oleh seorang penyanyi ataupun secara berbalas pantun dalam bahasa Belitung. Alat musik pengiringnya berupa biola, gitar, gong dan gendang. Acara betiong bisa berlangsung semalam suntuk.

9.   Nirok Nanggok (Traditional Culture)

Nirok Nargok adalah budaya orang Belitung di daerah pedesaan yang dilaksanakan pada musim kemarau panjang, pada saat sungai-sungai dan rawa menjadi kering. Nirok Nanggok adalah kegiatan mencari ikan dengan menggunakan Tirok (sejenis tombak bermata besi runcing) dan Tanggok (sejenis jala kecil dengan gagang dari kayu). Kegiatan ini biasanya dilakukan beramai-ramai oleh satu kampung dipimpin oleh seorang dukun kampong yang memimpin jalannya acara.

10.           Dul Muluk (Traditional Theater)

Dul Muluk adalah kesenia n tradisiopal Belitung yang berasal dari Kecamatan Membalong. Dul Muluk menyerupai drama tradisional dalam bahasa asli Belitung yang membawakan cerita cerita rakyat satempat diiringi dengan musik tradisional.

6 komentar:

  1. Dari ceritanya saja sudah terlihat keindahanya.
    Boleh lah kapan* berkunjung bersama keluarga :)

    BalasHapus
  2. wah.. jadi kepengen main ketempatmu rosi..

    BalasHapus
  3. Haha, boleh tuh saya diajak kalo rosi pulang kampung 😳

    BalasHapus
  4. banyak juga budayanya, sekali-kali pengen pergi kesana buat liburan :)

    BalasHapus