1. Campak darat dan Campak laut
Campak Darat
Tari campak merupakan tari khas dari
masyarakat pulau Belitung yang merupakan tari hiburan bagi semua lapisan
masyarakatnya. Tari ini dibawakan oleh dua atau empat orang penari wanita
diiringi oleh penari pria secara bergantian. Peria yang ingin turun menari
harus meberi imbalan berupa uang yang dicampakan disuatu tempat/kaleng yang
disediakan didepan penari wanita, dari sinilah lahir nama campak. Biasanya
dalam tarian ini diselingi dengan pantun berbalas diantara penari pria dan
wanita sehingga tarian ini akan sangat meriah dan ceria. Sebagai alat pengiring
tari campak berupa tawak-tawak, gendang dan biola.
Campak Laut
Tari campak laut oleh masyarakat suku sawang merupakan
tarian suka cita yang biasanaya dilaksanakan dalam mengiringi kegiatan upacara
ritual muangjong pada setiap tahun. Tarian ini dilaksanakan secara
berpasang-pasangan baik tua maupun muda. Tari gembira ini diikuti dengan
nyanyian dan diiringi alat music seperti gong dan gendang. Biasanya dilakukan
hingga larut malam.
2. Maras Taun
Maras taun berasal dari kata maras yang berarti
meniris (membersikan duri halus) sedangkan taun berasal dari kata tahun. Maras
tahun diadakan setiap setahun sekali oleh masyarakat Belitung didesa dan
kecamatan sebagai wujudrasa syukur setelah melewati musim panen padi. Maras
taun merupakan pertanggung jawaban dukun kampung kepada masyarakat. Ritual
utama maras taun adalah: doa awal, tepong taw bwlitung dan doa penutup.
Dalam perayaan ini kita bias menyaksikan kesenian tradisonal khas Belitung
seperti tari sepen, nutok lesong panjang dan ngemping
3. Beripat
Sejenis pemainan adu ketangkasan
derngan mengunakan rotan sebagai alat pemukul. Masing-masing pemain
mengandalkan kemampuan menangkis dan memukul punggung lawan. Yang menjadi
pemenangnya ditentukan punggung yang paling sedikit akibat sabetan rotan.
Permainnan ini berakhir tanpa menimbulkan dendam
diantara sesame pemain. Biasanya sebelum permainan ini dimulai, setiap pemain
harus mencari yang disebut nigal yaitu lawin tanding.musik pengiringnya
dimeriahkan buyi-bunyian yang terdiri dari music pukul berupa kelinang (gemelan
dan gong) serta serunai (alat music tiup) music tersebut dimainkan diatas
sebuah bangunan yang tingginya 5 – 6 meter yang disebut balai peregongan.
4. Lesong Panjang
Lesong panjang adalah nama dari alat dan permainan itu sendiri. Biasanya dimainkan pada saat musim panen padi tiba. Alat utamanya adalah sebuah lesung yang terbuat dari kayu pilihan yang bersuara keras dan jernih. Panjang lesung bervariasi antara 1 – 1,5 meter dengan dia meter 25 cm sampai 30 cm.
Alat untuk memukul lesong dinamakan alu dengan
panjang bervariasi dari 75 cm hingga 120 cm dengan dia meter hingga 6 cm lesong
dibuat dengan bebagai model dan ukuran sesuai dengan selera pemain.
5.
Perang ketupat Ritual Magis Di
Belitung
Ketupat memang identik dengan perayaan lebaran.
Makanan ini memang cocok menjadi pendamping opor ayam khas hari raya. Namun
siapa sangka di Tempilang, Bangka Belitung ketupat dijadikan alat perang dalam
ritual upacara Penimbongan.
Ritual di awali pada malam sebelum perang ketupat
dilakukan. Dipimpin oleh 3 dukun Kecamatan Tempilang mereka memberikan sesaji
sebagai sesembahan dan makanan makhluk halus diatas rumah-rumahan (penimbong)
yang terbuat dari kayu menangor. Secara bergantian para dukun tadi akan
memanggil makhluk halus yang menghuni Gunung Mares.
Masyarakat setempat mempercayai bahwa makhluk halus
penghuni Gunung Mares memiliki tabiat yang baik dan menjadi penjaga desa
Tempilang dari roh-roh jahat. Oleh karenanya pemberian sesajen sebagai bentuk
penghormatan sekaligus balas jasa masyarakat Tempilang.
Pagi hari, ritual perang ketupat didahuli oleh tarian
pembuka yakni tarian serimbang. Diiringi suara gendang dari enam penabuh dan
alunan dawai. Para penari menarikan tarian yang menggambarkan perang terhadap
makhluk-makhluk halus yang jahat dan sering mengganggu kehidupan masyarakat.
Setelah selesai tari serimbang, dukun darat dan dukun
laut bersatu untuk mengucapkan mantra didepan wadah yang telah berisi ketupat.
Beberapa saat setelah melafalkan mantra, dukun darat pun akan tak sadarkan
diri. Peristiwa tersebut dipercaya merupakan bentuk komunikasi dukun darat
dengan arwah para leluhur. Setelah siuman biasanya dukun darat akan
menyampaikan beberapa hal yang menjadi pantangan warga Tempilang.
Setelah ritual selesai, kedua dukun tersebut akan
menyiapkan ketupat diatas sehelai tikar pandan. Sepuluh ketupat akan diletakan
menghadap ke sisi darat dan sepuluh lainnya menghadap sisi laut. Di sisi lain
20 pemuda yang menjadi peserta perang saling berhadapan membuat dua kubu. Masing-masing
menghadap ke laut dan ke darat.
Sebelum perang dimulai, dukun terlebih dahulu akan
memberikan contoh. Secara umum, kedua kubu tidak boleh melemparkan ketupat ke
arah kepala. Dengan aba-aba peluit dari dukun laut, perang ketupat pun dimulai.
Kedua kubu pun akan saling melemparkan ketupat ke arah
lawan. Keadaan kacau dan meriah pun akan mewarnai perang ketupat . Perang akan
berakhir ketika dukun laut meniup peluit. Para peserta pun mengakhiri perang
ketupat dengan saling berjabat tangan sebagai tanda tidak ada dendam diantara
mereka.
6. Buang Jong
Buang Jong merupakan salah satu upacara
tradisional yang secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat suku Sawang di
Pulau Belitung.
Suku Sawang adalah suku pelaut yang dulunya, selama ratusan tahun, menetap di
lautan. Baru pada tahun 1985 suku Sawang menetap di daratan, dan hanya melaut
jika ingin mencari hasil laut.
Buang Jong dapat berarti membuang atau
melepaskan perahu kecil (Jong) yang di dalamnya berisi sesajian
dan ancak (replika kerangka rumah-rumahan yang melambangkan tempat tinggal).
Tradisi Buang Jong biasanya dilakukan menjelang angin musim barat
berhembus, yakni antara bulan Agustus-November.
Pada bulan-bulan tersebut, angin dan ombak laut
sangat ganas dan mengerikan. Gejala alam ini seakan mengingatkan masyarakat
suku Sawang bahwa sudah waktunya untuk mengadakan persembahan kepada penguasa
laut melalui upacara Buang Jong. Upacara ini sendiri bertujuan untuk
memohon perlindungan agar terhindar dari bencana yang mungkin dapat menimpa
mereka selama mengarungi lautan untuk menangkap ikan.
Keseluruhan proses ritual Buang Jong dapat
memakan waktu hingga dua hari dua malam. Upacara ini sendiri diakhiri dengan
melarung miniatur kapal bersama berbagai macam sesaji ke laut. Pascapelarungan,
masyarakat suku Sawang dilarang untuk mengarungi lautan hingga tiga hari ke
depan.
7. Antu Bubu
Antu Bubu
adalah permainan menggunakan ilmu hitam dengan peralatan bubu yang diisi roh
halus. (Permainan ini mirip Bambu Gila Di AMbon)
- Antu = Hantu
- Bubu = Alat penangkap ikan, dibuat dari bilah bambu yang disatukan dengan anyaman tali hingga berbentuk silinder berdiameter 30 sentimeter. Panjang bubu beragam, ada yang 50 sentimeter, ada pula yang hingga 2 meter
Untuk permainan Antu
Bubu, bubu dipasangi kepala dari batok kelapa, lantas diselimuti kain kafan,
baru kemudian ujung atas kafan diikat. Seorang pawang membaca mantera sambil
menaburkan kemenyan ke atas pedupaan, mengasapkannya ke sekeliling bubu untuk
meminta roh masuk ke dalam bubu. Begitu pawang memberi isyarat permainan dapat
dimulai, lawan yang sudah siap dengan bertelanjang dada/ bersinglet mulai
melawan bubu yang sudah berpenghuni ini.
Di tengah lingkaran penonton, seorang laki-laki akan bergelut dengan bubu. Berguling-guling, kadang dia seperti dibanting, ada kalanya laki-laki ini sanggup berdiri, tak lama, terjatuh lagi, berguling lagi. Penonton senyap merasakan keteganggan. Pemain pertama kalah setelah permainan berjalan 5 menit. Dia kerasukan, badannya mengejang, dan dibawa ke pinggir lapangan untuk disadarkan. Pemain kedua dinyatakan kalah akibat kelelahan setelah lebih dari 10 menit bubu tak juga dapat ditegakkan dan jalinan bubu koyak. Bisa menegakkan bubu adalah tanda pemain menang, dan hantu bubu dapat dikalahkan.
Di tengah lingkaran penonton, seorang laki-laki akan bergelut dengan bubu. Berguling-guling, kadang dia seperti dibanting, ada kalanya laki-laki ini sanggup berdiri, tak lama, terjatuh lagi, berguling lagi. Penonton senyap merasakan keteganggan. Pemain pertama kalah setelah permainan berjalan 5 menit. Dia kerasukan, badannya mengejang, dan dibawa ke pinggir lapangan untuk disadarkan. Pemain kedua dinyatakan kalah akibat kelelahan setelah lebih dari 10 menit bubu tak juga dapat ditegakkan dan jalinan bubu koyak. Bisa menegakkan bubu adalah tanda pemain menang, dan hantu bubu dapat dikalahkan.
8. Betiong and Begambus
Betiong dan begambus merupakan
jenis-jenis musik tradisional yang sering ditampilkan dalam berbagai acara
kesenian rakyat di Belitung. Syair yang dinyanyikan biasa berisi petuah-petuah
yang dibawakan oleh seorang penyanyi ataupun secara berbalas pantun dalam
bahasa Belitung. Alat musik pengiringnya berupa biola, gitar, gong dan gendang.
Acara betiong bisa berlangsung semalam suntuk.
9. Nirok Nanggok (Traditional Culture)
Nirok
Nargok adalah budaya orang Belitung di daerah pedesaan yang dilaksanakan pada
musim kemarau panjang, pada saat sungai-sungai dan rawa menjadi kering. Nirok
Nanggok adalah kegiatan mencari ikan dengan menggunakan Tirok (sejenis tombak
bermata besi runcing) dan Tanggok (sejenis jala kecil dengan gagang dari kayu).
Kegiatan ini biasanya dilakukan beramai-ramai oleh satu kampung dipimpin oleh
seorang dukun kampong yang memimpin jalannya acara.
10. Dul Muluk (Traditional Theater)
Dul Muluk adalah
kesenia n tradisiopal Belitung yang berasal dari Kecamatan Membalong. Dul Muluk
menyerupai drama tradisional dalam bahasa asli Belitung yang membawakan cerita cerita
rakyat satempat diiringi dengan musik tradisional.
Dari ceritanya saja sudah terlihat keindahanya.
BalasHapusBoleh lah kapan* berkunjung bersama keluarga :)
wah.. jadi kepengen main ketempatmu rosi..
BalasHapusHaha, boleh tuh saya diajak kalo rosi pulang kampung 😳
BalasHapusjadi pengen ke belitong :D
BalasHapusayo main ke belitung :D
BalasHapusbanyak juga budayanya, sekali-kali pengen pergi kesana buat liburan :)
BalasHapus